AL QURAN ASY – SYIFA
Sifat al-Qur’an berikutnya yang
disebutkan dalam ayat di atas salah satunya asy-Syifa. Penawar
atau penyembuh bagi (penyakit) yang ada di dalam dada. Menurut para Mufassir
bahwa makna dada dalam ayat ini adalah hati. Sehingga mereka menafsirkan bahwa
fungsi dan peran Al-Qur’an sebagai syifa’ (penawar dan penyembuh) adalah, “obat
penyembuh dari penyakit syubhat dan keragu-raguan”. (Tafsir
Ibn Katsir,3/1380). Artinya, “Al-Qur’an menghilangkan berbagai kotoran
(rijs) dan daki yang ada di dalamnya”.
Senada
dengan Ibnu Katsir, Syekh As Sa’di juga mengatakan bahwa, “Al-Qur’an
ini merupakan penawar bagi penyakit yang ada di dalam dada (hati) berupa
penyakit-penyakit syahwat yang menghalangi ketundukan pada Syariat dan
(penyembuh) dari penyakit syubhat yang menggerogoti ilmu dan keyakinan. Karena
di dalam al-Qur’an ini terdapat mau’idzah (nasehat dan pelajaran), targhib wat
tarhib(motifasi dan gertakan), wa’d wal wa’id (janji dan ancaman) yang (kesemua
itu) membuat seorang hamba memiliki sikap raghbah dan rahbah. (Tafsir
As Sa’diy, hlm. 367).
Jadi syifa yang dikandung oleh Al-Qur’an meliputi kesembuhan
bagi (penyakit) hati berupa syubhat, jahalah (kebodohan), pendapat atau
pandangan yang keliru (al-ara al-fasidah), penyimpangan yang buruk, serta
maksud dan tujuan yang jelek. (hlm.465). Al-Qur’an adalah obat semua penyakit
hati tersebut. “Karena Al-Qur’an mengandung ilmu yang meyakinkan yang
menghapuskan setiap kerancuan (syubhat) dan kebodohan (jahalah). Selain itu
al-Qur’an juga mengandung nasehat dan peringatan yang menghapuskan setiap
syahwat yang menyelisihi perintah Allah”. (hlm.465).
Dari
penjelasan Ibn Katsir dan Syekh As Sa’di di atas disimpulkan, kata ’syifa lima fis Shudur” mencakup
makna bahwa al-Qur’an adalah penyembuh bagi apa yang ada di dalam hati dan jiwa
manusia berupa penyakit syahwat dan syubhat yang merupakan bibit utama penyakit
hati. Buya Hamka mengistilahkannya dengan, “Sesuatu
kumpulan dari resep-resep rohani”, (Tafsir Al-Azhar, 11/237).